“ Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri ; Barang-siapa yang tiada bersyukur (kufur) maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha terpuji . ” (Q.S. Luqman:
12)
Allah SWT
telah memberikan kenikmatan yang tiada terhitung kepada kita. Antara lain
nikmat berupa penciptaan manusia beserta kebutuhannya, juga rasa kasih sayang
yang di tanamkan ke dalam hati kedua orang tua kita pada saat kita masih kecil
dan membutuhkannya. Tidak kalah besarnya adalah nikmat Allah SWT berupa panca indra,
umur, pikiran dan kelengkapan tubuh lainnya, sehingga membedakan manusia dari
makhluk lain.
Petunjuk ke arah kebenaran serta nikmat berupa kesehatan, baik
kesehatan tubuh maupun jiwa kita, juga merupakan nikmat yang tiada ternilai
harganya. Sedangkan berbagai macam ciptaan-Nya di atas bumi ini juga merupakan
nikmat.
Pendek kata,
hamparan daratan dan lautan dipenuhi dengan nikmat Allah SWT yang disediakan
bagi kita. Walau-pun kita jadikan air lautan untuk jadi tinta dan semua ranting
dan batang kayu menjadi tangkai penanya, dan kita gunakan untuk menulis nikmat
Allah yang telah dicurahkan kepada kita, maka belumlah akan dapat terhitung
jumlah nikmat Allah SWT yang kita gunakan setiap hari, mulai dari terbitnya
matahari sampai terbenamnya dan hingga terbit lagi. Namun manusia banyak yang
tidak mensyukuri bahkan mengingkari penciptanya, disebabkan kecongkakan dan
kepongkahan mereka.
Umumnya
manusia suka alpa. Maksudnya, ketika mereka dalam keadaan sejahtera atau
senang, mereka hanya melihat ke depan, lalu bila dalam kekurangan barulah
mereka menghitung-hitung, atau ketika mereka mendapat kebaikan mereka berbangga
atas keberhasilan pribadi, namun bila mereka tersandung kemalangan lalu
menggerutu atau me-nyadari takdir Allah SWT. Sesungguhnya nikmat dan karunia
Allah SWT tidak akan terasa banyak, berlimpah ruah kecuali adanya rasa syukur.
Mensyukuri nikmat akan menambah nikmat yang lebih banyak serta dapat memelihara
nikmat yang telah ada.
Allah SWT
berfirman: “Dan (ingatlah juga) tatkala
Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu ber-syukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Q.S. Ibrahim: 7)
Rasa syukur
pada setiap orang pasti ada. Yang jarang adalah kemampuan seseorang untuk
menampakkan rasa syukurnya ke dalam amal ibadah, amal sosial dan budi pekerti.
Bila ada pribadi yang mampu berlaku sabar, tabah pada saat krisis hidup,
mengapa seseorang harus kehilangan syukur pada saat-saat mereka menemui
kebahagiaan hati?
Allah SWT
telah melebihkan sebagian hamba-Nya atas sebagian yang lain disebabkan beberapa
rahasia dan nikmat tersembunyi, yang tidak akan bisa diketahui seseorang pun
kecuali dzat-Nya semata. Dalam perbuatan-Nya itu juga terkandung banyak manfaat
dan maslahat bagi hamba-hamba itu sendiri, yang tidak disingkapkan rahasianya
kepada mereka. Lantaran itu sebaiknya setiap hamba bersikap ridha terhadap
bagian yang telah ditentukan Allah SWT atasnya (qana’ah) dan tidak lupa
mensyukuri segala nikmat yang dikaruniakan kepadanya.
Tanda syukur
adalah memandang besar sesuatu nikmat, sekalipun nikmat itu kecil adanya, serta
memandang keagungan penganugerah-Nya, yakni Allah SWT. Olehkarna itu, sesungguhnya Allah SWT telah
menganugerahkan ber-bagai nikmat kepada hamba-Nya yang semua itu tak terhitung
banyaknya. Setiap hamba tidak akan mampu menghitung nikmat yang telah
diterimanya setiap hari, apalagi untuk bersyukur kepada Allah atas setiap
nikmat yang diberi.
Bila kita
sempat atau sengaja menoleh ke belakang, kemudian dapat menghitung berapa
langkah perjalanan hidup yang telah dilalui, maka perhitungan pasti menunjukkan
bahwa kita telah memiliki kemajuan. Dahulu kita dilahirkan tanpa sesuatu, kini
segalanya telah berbeda, baik umur, pengalaman, ilmu dan sebagainya. Betapapun
miskinnya sese-orang, sebenarnya ia adalah orang yang beruntung.
Allah SWT
telah menciptakannya sebagai manusia, di atas segala makhuk yang lain.
Syukur adalah
mensucikan Allah SWT, meng-Esa-kan-Nya, baik Esa dalam beribadah maupun dalam
memuji-Nya. Karena itulah Allah SWT mengaitkan antara syukur dengan zikir.
Sebagaimana firman-Nya: “Karena itu,
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Q.S. Al Baqarah: 152)
Mensyukuri
nikmat Allah SWT dilakukan dengan hati, ucapan dan anggota adan. Syukur dengan
hati adalah menunjukkan kecintaan kita kepada Allah SWT, yang diwu-judkan
melalui ibadah kepada-Nya, beriman akan sifat-sifat kesempurnaan Allah SWT,
adalah mengimani bahwa Dia-lah pemberi nikmat dan rezki serta menyatakan bahwa
tiada tuhan selain Dia. “Laa ilaaha Illallah.” Sedangkan syukur dengan
ucapan (lisan) dilakukan dengan memuji
keagungan-Nya. Kemudian dengan bebicara yang baik serta mencegah ucapan yang
tidak bermanfaat. Dan bersyukur dengan anggota badan maksudnya adalah anggota
badan dipergunakan untuk me-ngantar seseorang ke arah perbuatan yang bai sesuai
perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya.
Meskipun
manusia ingkar akan nikmat Allah SWT, dan tidak bersyukur kepada-Nya, namun
Allah SWT tetap Maha Kaya dan Maha Mulia. Jika manusia mau bersyukur dan
beribadah dengan penuh keikhlasan, semua itu tidak akan menambah kekayaan Allah
SWT. Sebaliknya, jika mereka kafir, kekayaan Allah SWT tidak akan berkurang
sedikitpun. Itulah sebabnya, maka Allah SWT menyatakan jika manusia itu
bersyukur, syukur tersebut akan kembali kepada diri manusia itu sendiri berupa
tambahan nikmat. Dan jika mereka kafirm kepada-Nya, perbuatan itupun akan
kembali kepada manusia itu sendiri.
“Pergunakanlah lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan: Pergunakan sehatmu sebelum datang sakitmu. Pergunakanlah masa senggangmu sebelum datang masa sempitmu. Pergunakanlah masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Pergunakanlah masa kayamu sebelum datang masa faqirmu. Pergunakanlah kesempatan masa hidupmu sebelum datang saat kematiamu.” (HR. Baihaqi)
Syamsiah Nur
BRJ MUMTAZ'09
Post a Comment for "Syukur Membawa Nikmat"