Zikrullah





"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut) Nama Allah, zikir dengan sebanyak-banyakya." (Q.S. Al Ahzab: 41)

Salah satu wasilah atau cara agar selalu berkomu-nikasi dengan Allah adalah berzikir (Zikrullah). Zikir berasal dari akar kata dalam bahasa Arab; zakara, yazkuru, zikran. Zikir secara harfiah berarti ingat dan sebut. Ingat adalah gerak hati, sednagkan sebut adalah gerak lisan. Zikrullah berarti mengingat Allah. Dari sini dapat disimpulkan bahwa zikir mengandung dua pengertian yakni zikrul
lafzhy dan zikrul ma’nawy.

Zikrul lafzhy adalah zikir yang mengandung puji-pujian kepada Allah, baik berupa tasbih, tahmid, tahlil  yang dilafazkan dengan lisan. Sedangkan zikrul ma’nawy adalah zikir dengan mengingat Allah dalam hati, baik ketika diberikan Allah nikmat atau sebaliknya. Kedua bentuk zikir ini tidak dapat dipisahkan, ia saling berkaitan satu dengan lainnya. Misalnya, ketika seorang mukmin mendapatkan suatu nikmat dalam hidupnya, maka ia akan langsung ingat kepada Allah, bahwa nikmat itu adalah pemberian-Nya, setelah itu ia akan mengucapkan puji-pujian kepada Allah sebagai tanda syukurnya.

M. Arifin Ilham pernah menulis, bahwa zikir terdiri dari empat bagian yang saling terikat, tidak terpisahkan, yaitu zikir lisan (ucapan), zikir qalbu (merasakan kehadiran Allah), zikir ‘aql (menangkap bahasa Allah di balik setiap gerak alam), dan zikir amal (taqwa).

Ia menambahkan bahwa idealnya zikir itu berangkat dari kekuatan hati ditangkap oleh akal,dan diucapkan dengan lisan, lalu dibuktikan dengan ketaqwaan; amal nyata di dunia ini. Zikir adalah perintah Allah kepada orang-orang yang beriman. Maka orang yang beriman adalah orang yang banyak berzikir. Kurang iman, kurang zikir. Tidak beriman tidak akan berzikir. Berzikir berarti taat  kepada perintah Allah.

Prakteknya, zikir bisa dilakukan dalam keadaan berdiri, duduk atau berbaring. 
Allah SWT berfirman:

aka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah" (fazkurullaha) di waktu berdiri, di waktu duduk, dan diwaktu berbaring …” (Q.S. An Nisa’ : 103)

Zikir dapat pula dilakukan di masjid, mushalla, rumah, kantor, di pasar, atau di jalan sekalipun, dan bisa dilakukan sendiri-sendiri atau berjama’ah (dalam majelis). Tempat zikir berada di dalam hati, bukan diujung lidah belaka.Yaitu dengan qalbu menjadi khusyu’, khudhu’, tadharru’, tawadhu’, dan yang melahirkan rasa khauf dan raja’, dilakukan di setiap kesempatan, pagi dan petang, siang dan malam.


Allah SWT berfirman :

“Dan sebutlah (Nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Q.S. Al-A’raf: 205)

Zikir adalah pangkal ketentraman, ketenangan dan kedamaian. Allah adalah sumber ketenangan dan kedamaian. Maka untuk mencapai kedamaian dan ketenangan itu jalannya adalah mendatangi sumbernya dan membersamakan diri dengan-Nya. Zikir itulah jalan
pembersamaan (ma’rifatullah).


Allah SWT berfirman: “… Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu…” (Q.S. Al Baqarah: 152).

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram.” (Q.S. Ar Ra’d: 28)

Adapun orang yang meninggalkan zikrullah berarti ia telah membuka keleluasaan syaithan untuk menguasainya.

Allah SWT berfirman:  Syaithan telah menguasai mereka dan menjadikan mereka lupa mengingat Allah (zikrullah); mereka itulah golongan Syaithan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan
Syai-than itulah golongan yang merugi.”  (Q.S. Mujadilah: 19)

Hujjatul Islam Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulum Ad Din berkata: “Ketahuilah bahwa orang-orang yang memandang dengan cahaya bashirah mengetahui bahwa tidak ada keselamatan kecuali dalam pertemuan dengan Allah SWT. Dan tidak ada jalan untuk bertemu Allah kecuali dengan kematian hamba dalam keadaan menyintai Allah dan mengenal Allah (hubbullah dan ma’rifatullah). Sesungguhnya cinta dan keakraban tidak akan tercapai kecuali dengan selalu mengingat yang dicintai. Sesungguhnya pengenalan kepada-Nya tidak akan tercapai kecuali dengan senantiasa berfikir tentang berbagai penciptaan, sifat-sifat dan perbua-tan-perbuatan-Nya. Hubbullah dan ma’rifatullah hanya dapat dicapai dengan mengoptimalkan waktu-waktu malam dan siang untuk bertafakkur dan berzikir.
Allahu A’lam bissawab

Post a Comment for "Zikrullah"