Surat Buat Nabi Yusuf



Assalamualaikum Wr.Wb


Bismillahirrahmanirrahim


Dear Yusuf as.









Kami
rakyat sedunia beberapa bulan kedepan akan
menyemarakkan HARI PANGAN SEDUNIA, tepatnya tanggal 16 oktober. Maaf
saja, surat ini dibuat agak cepat, berharap momentnya pas dengan waktu disana.
Namun urgensi masalahnya membuat dimensi waktu, antara disini dan disana  menjadi tidak penting.


Surat ini ditujukan kepada anda, mengingat anda adalah uswah dan cermin bagi kami.
Kisah cemerlang anda menjadi “menteri urusan peningakatan produksi pangan “
dimesir, sekitar 2800 tahun yang lalu, membekas dihati kami. Kelebihan anda
dalam menyingkap tabir mimpi, demikianlah menurut penuturan Allah SWT dalam
Al-Qur’an menyelamatkan rakyat mesir dari bencana kelaparan yang sangat hebat.


Raja anda, Rayyan Ibn Walid, suatu hari bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang
gemuk dimakan tujuh ekor lainya yang kurus. Begitu juga melihat tujuh ranting
hijau dan tujuh ranting kering. Anda mengungkapkan makna mimpi itu; Mesir
mengalami siklus Klimatologis yang genting tujuh tahun makmur dan tujuh tahun
berikutnya peceklik.



Begitu merinding bulu kuduk kami ketika
membaca situasi jaman paceklik sepeninggal Anda. Konon pada kurun waktu antara
1065-1200 AD. Inflasi dinegri anda tak terkatakan lagi. Harga sepotong roti
mencapai $40 disamakan sekarang. Selusin telor dijual $ 30, dan satu bushel
gandum tidak boleh ditawar kurang dari $ 50 ( satu Bushel sekitar 36 liter ).
Menurut cerita ahli kami yang tekun belajar sejarah, ada seorang wanita yang
menukar seuntai kalungnya yang bermata berlian dengan segenggam tepung. Jenis
perhiasan lainnya, konon banyak dibuang dijalan karena tak bisa lagi ditukar
dengan makanan. 


Seterusnya,
rakyat Mesir yang tidak tahan, banyak yang lari dengan cara-cara kanibalisme.
Menyembelih manusia berlangsung, mirib dengan orang yang memancing. Seuntai
tali diletakkan untuk menjerat pejalan khaki yang kurang waspada. Setelah
korban memekik, lalu tubuhnya dipotong-potong, diranjang dan dimasak.
Daging  matang itu lalu dibawa kepasar
untuk dijual pada khalayak yang lapar. Benar tidaknya cerita itu, wallahu A’lam
bisshawab. Namun bencana pada purna kurun hidup anda itu, ternyata kemudian
menjadi rintisan kenangan yang panjang.


Setelah paceklik dinegeri anda itu, giliran Inggris mengalami petaka yang serupa pada
1314 AD. Dibawah raja Edward II, jangankan rakyat yang banyak, raja saja perlu
waktu untuk dapat terhidangnya makanan dimeja. Orang-orang makan anjing, kuda,
kucing, dan ini- yang paling tragis bayi manusia yang baru lahir, kanibalisme dan
perampokan meraja lela. Namun setiap kali perampok ditangkap dan dipenjarakan,
denga cepat ia akan mati - direnggut dan dicabik-cabik untuk dijadikan
santapanoleh temannya yang lapar.


Tahun 1845, lama setelah kejadian di Inggris itu, nyaris seluruh tanaman kentang di
Irlandia habis dimakan  hama. Padahal kentang bagi rakyat Irlandia adlah makanan pokok. Irlandia sebuah negara yang cukup besar dengan 8,3 juta penduduk itu, kehilangan 2 juta jiwa yang mati
kelaparan atau berimigrasi ke Inggris dan Amerika, kemudian meluapnya sungai
Yangtse di Cina secara periodik pada tahun 1906 dan 1911, dan perang di
Leningrad ( Rusia ), telah pula menyeret dua negeri adikuasa itu kedalam
bencana yang sama.


Dear Yusuf as.


Kami
yang hidup pada abad 21 ini, mencatat dengan penuh getir ribuan rakyat Ethopia
yang lapar. Ribuan rakyat Irak yang lapar. Mala petaka di negeri tersebut agak
sulit diidentifikasikan; apakah hal tersebut disebabkan oleh kekeringan (
cyclical famine ) ataukah karena dosa-dosa kami   ( structural famine ). Sungguh aib bagi
kami. Sungguh aib bagi kami bahwa tatkala dunia tengah pada titik puncak
kemajuan ilmu dan tekhnologi modren, tragedi itu berlangsung lebih menghentak.
Segala peralatan canggih untuk meramal masa depan, melebihi kemampuan anda menafsirkan
mimpi, telahpun kami miliki. Namun  walau
demikian tetap saja ribuan orang meninggal setiap hari karena lapar.


Diatas planet bumi ini, kini hidup sekitar 7 milyar manusia, 500 juta diantaranya
setiap terbit fajar belum juga berhenti untuk bertanya; “ besok makan apa ?”
Anehnya, dibelahan bumi yang makmur, banyak orang yang terserang penyakit
karena kelebihan makanan, Seorang  yang
lebih terdidik diantara kami pernah membuat kalkulasi; jika seluruh rakyat
Amerika mau mengurangi sepertiga konsumsi daging yang mereka santap setiap
harinya, niscaya cukup jumlah itu cukup untuk memberi makan 200 juta
rakyat  India selama setahun.


Betapa timpangnya distribusi makanan saat ini; ketimpangan yang bisa kita jumpai
dihampir setiap pelosok negeri. Dikota makanan berlimpah-limpah, sementara
berjejal-jejal orang tidak mampu untuk membelinya. Ini julas bukan “salah bunda
mengandung”, bukan pula karena amukan badai. Kami cemas, jangan-jangan, ragam
bencana dijaman kami ini dianggap hal munasabah. Karena tak hentinya malapetaka itu datang, hampir-hampi ia menjadi suatu norma.


Dear Yusuf as.


Entah apa yang hendak anda titahkan seandainya anda masih hidup bersama kami
sekarang. Para ahli kami suka berbicara membuka lahan baru, mengingat kian
banyaknya tanah yang menjadi mandul. Mereka juga mengatakan.  Setiap hari 36.000 area atau setiap tahun 13
juta area lahan subur lenyap. Namun anehnya, sedikit mereka yang bicara perihal
mahalnya anggara perang yang mencapai $ 1000 permenit.


Oh ... Nabiyullah  yang elok rupawan dan tiada
pernah menaruh dengki, tiap malam kami bermimpi tentang dunia yang sejahtera
dan aman. Pagi harinya kami melihat orang tergeletak ditanah, tak terurus.  Siangnya kami berpas-pasan dengan saudagar
mesiu. Dan sorenya kami mendengar gemuruh desingan peluru.


Akhirul kalam, malam berikutnya klami berhenti bermimpi, Wassalam...



Sumber : Anonim





Post a Comment for "Surat Buat Nabi Yusuf"