وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا
رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (wahai muhammad), melainkan untuk
rnenjadi rahmat bagi sekaIian alam. (Q.S. al- Anbiyaa’ : 107)
Tiada
seorangpun yang dapat meragukan keagungan pribadi Rasulullah SAW., kepribadian
yang dijadikan contoh teladan dalam segala hal. Rasulullah sebagai seorang
suami yang teladan, sebagai ayah teladan, sebagai guru teladan, sebagai tokoh
teladan, sebagai abli strategi teladan, sebagai ahli ekonomi teladan, sebagai
pejuang hak-bak asasi manusia teladan, dan sebagai kepala negara yang te1adan.
Keteladanan
di atas keteladanan yang ada. Keteladan yang mampu rnerubah situasi dan kondisi
masyarakat. Keteladan yang mampu mereformasi sistem dan tatanan yang ada, ke
arah yang lebih baik dan tujuan yang mulia; baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafuur (negeri yanq makmur dan penuh ampunan Tuhan).
Nilai-nilai
keteladanan tersebut hendaknya menjadi warisan yang paling berharga dari
Rasulullah kepada kita ummat manusia, tanpa terkecuali. Siapapun kita, apapun
pangkat kita dan di manapun kita berada, warisan tersebut hendaknya menjadi
hiasan hidup kita, sekaligus amanah yang berada dipundak kita.
Setiap
langkah yang kita ayunkan, setiap nawaitu yang kita bulatkan, setiap
pernyataan yang kita ikrarkan dan setiap perbuatan yang kita lakukan merupakan
cerminan dan keteladanian dari Rasu1ulIah saw. yang kemudian kita terap-kan
dalam kehidupan.
Diutusnya
Rassulullah ketengah umat rnanusia dengan segala keteladanan yang beliau
miliki, pada hakekat-nya adalah “rahmat” Allah bagi sekalian alam; manusia-Nya,
jin-Nya dan makhluk-makhluk Allah lainnya. Dan dengan rahwat Allah-lah segala
permasalahan dapat teratasi. Dengan rahmat Allah pula lah semua kesengsaraan
hidup akan terselesaikan.
Barangsiapa
yang dapat menerirna rahmat tersebut dan bersyukur kepada Allah atas rahmat
yang diberikan. ia akan berbahagia di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang
menolak dan mengingkarinya, ia akan merasakan kerugian yang besar di dunia dan
di akhirat. Allah SWT berfirman:
“Tidakkah kamu
perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan
menjatuhkan kaumnnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka jahannam, mereka masuk
kedalamnya, dan itulah seburuk-buruknya tempat kediaman.” (Q.S Ibrahim:
28-29)
Keberadaan
Rasulullah sebagai rahmat dari Allah, tentulah tidak akan kita sia-siakan
begitu saja. Mengikuti jejak beliau adalah suatu keharusan dan mutlak
dilaksanakan; baik perkataan maupun perbuatan, baik perintah maupun larangan.
Karena kesemuanya itu adalah rnerupakan wahyu dari Allah, bukan emosi atau hawa
nafsu. Karena tiada yang Rasulullah SAW. lakukan dan ucapkan melainkan
mengikuti apa yang diwahyukan Allah kepadanya.
Allah SWT
berfirrnan: “Katakanlah,
“Aku bukanlah rasul pertama di antara rasu1-ragul. Aku tidak rnengetahui apa
yang akan diperbuat ter-hadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain
hanya-lah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah
seorang pemberi peringatan yang menjelas-kan.” (Q.S.Al Ahqaaf: 9)
Tentunya kita
tidak akan memahami keberadaan Rasu1uIIah dengan sebenarnya jika kita tidak
memahami isi Al-Qur’an dan sunnah Rasul, serta segala hal yang bersang-kutan
dengan sirah (sejarah hidup) Rasulullah. Karena A1-Qur’an adalah hiasan
hidup keseharian Rasu1uIIah SAW. Tidak ada satupun ayat dari Al Qur’an yang
terlewatkan melainkan Rasulullah saw. merupakan gambaran nyata dari-nya.
Rasu1ullah adalah “Al-Qur’an” yang berjalan di atas muka bumi ini. Dalam sebuah
hadits disebutkan: “(Ketika ‘Aisyah r.a. ditanya tentang akhlak Rasu1ullah
saw., maka dia menjawab, “akhlaknya adalah Al-Qur’an”.(H.R. Abu Dawud dan Muslim)
Dengan
demikian, orang yang jauh dari Al-Qur’an berarti ia jauh dari Rasu1ullah; dan
orang yang jauh dari Rasu1ullah berarti ia tidak mau menerima rahmat Allah;
berarti ia lebih menginginkan hidup dalam kesengsaraan, ingin memiliki jiwa
yang kerdil, fikiran yang negatif dan tidak berkeinginan untuk menyelesaikan
segala permasalahan hidup yang dihadapi dengan tuntunan rahmat Allah dan ajaran
Rasulullah saw.
Agar rahmat
tersebut dapat kita raih, maka hendaklah baca Al-Qur’an sebaik-baiknya,
memaharni isinya, meng-hayati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya untuk
diamal-kan dalam kehidupan kita sehari-hari sebagairnana yang telah dicontohkan
oleh Rasulullah SAW., sang pembawa rahmat. Dengan Al-Qur’an jalan hidup kita
menjadi terang, segala kabut tebal akan hilang, segala kemelut akan sirna,
segala krisis akan lenyap, segala permasalahan akan ada pemecahan-nya yang
terbaik bagi setiap individu, juga terbaik untuk setiap kelompok rnasyarakat;
terbaik bagi kepentingan umat manusia.
Firman Allah:
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini membe-rikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerja-kan
amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Q.S Al – Isra’ : 9)
Orang-orang
yang kosong hatinya dari Al Qur’an, bagaikan rumah tua yang telah rapuh dan
lapuk tiada berguna dan bermanfaat.
Dengan
memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. diharapkan menjadi langkah yang positif
untuk memahami hakikat risalah Islam yang hanif; langkah positif untuk
menghayati dan mengamalkan Al Qur’an dengan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya; langkah positif untuk mendapatkan rahmat Allah. Sebesar keinsafan
yang ada, sebesar itu pula keberuntungan yang akan diperoleh; dan sebesar itu
pula rahmat Allah dapat dicapai. Allahu
a’lam bishawab
Sumber : BRJ MUMTAZ
Post a Comment for "Nabi Rahmatan Lil ‘Alamin"