“Dan
(ingatlah,) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi
pelajarannya kepadanya “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
Ibu-Bapaknya; Ibunya telah mengan-dungnya dalam keadaan lemah yang bertambah
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu
untuk memper-sekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan-mu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya dengan
baik, dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Ku lah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada di dalam batu atau di 1angit atau
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya
Allah Mama Halus lagi Maha Mengetahui. Hai Anakku dirikanlah Sholat dan suruhlah
manusia menger-jakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membangga-kan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunak-kanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (Q.S.
Luqman:13-19).
Anak adalah
amanah Allah yang dititipkan kepada kedua orangtuanya. Karena itu orangtua
bertanggung jawab dan harus memperhatikan anak-anaknya terutama masalah
pendidikan. Baik pendidikkan jasmani maupun rohani, men-tal, moral maupun
spritual. Qrang tua sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya sangat
berperan dalam mem-bentuk moralitas (Akhlak) anak-anaknya. Secara global faktor
yang sangat perlu diperhatikan dalam mendidik anak sebagai mana yang dipaparkan
Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam kitabnya Tarbiyatul Aulad-adalah:
Pertama,
Al-Qudwah (ketauladan orangtua, ayah dan ibu). Kedua.
A1-Mau’idzah (Nasehat dan arahan yang Islamy). Ketiga, AI-’Aadah
(Pengkondisian atau pembiasaan yang baik sesuai syari’at). Keempat,
Al-Mulahadzah (Kontrol dan pengawasan yang cermat). Kelima,
AI-’Uquubah (Hukuman yang konstruktif atau mendidik).
Seorang anak
adalah laksana selembar kertas putih tanpa noda sedikitpun (Tabula rasa).
Karena setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka di sinilah wibawa
dan kharismatik kedua orang tua mutlak diperlukan dalam menangkis pengaruh yang
negatif yang datang dari luar. Kemudian segera mewarnai mereka ke proses
pendidikkan agama (mengajarkan kepada mereka ilmu tentang ilmu Agama (ilmu
Tauhid tentang ke-Esa-an Allah, kehidupan tentang Rasulullah SAW dan para nabi
dan rasul yang lain, mengajarkan mereka tentang ilmu Fiqh dan tata cara
pelak-sanaan ibadah, mu’amalah (interaksi sosial) dan Akhlak) serta membawa
mereka ke arah yang Islamy. Ketahuilah bahwa rumah (keluarga) adalah terminal
pertama (Al-Madrasatul Ula) proses pertukaran nilai-nilai moral dan
budaya (Aijenation Culture) dalam diri anak.
Pendidikkan
dan pengajaran yang baik haruslah dimulai sejak dini hingga benar-benar tertanam
dalam lubuk sanubari mereka, bahkan Islam menganjurkan seorang Ibu mendidik
anaknya sejak mulai dalam kandungan. Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada
kita bagaimana cara pene-rapan pendidikan Islami yang harus kita ajarkan kepada
seorang anak.
Rasulullah
SAW bersabda: “Perintahkan anak-anak-mu untuk melaksanakan sholat ketika
berumur tujuh tahun dan pukullah mereka untuk melakukan sholat ketika berumur
sepuluh tahun serta pisahkan masing-masing dari tempat tidur mereka (antara
anak laki-Iaki dan penempuan).
(H.R. Ahmad dan Abu Daud)
Allah SWT
dalam firmannya menceritakan tentang apa yang dimohonkan Nabi Ibrahim as kepada
Allah dalam do’anya yang tersebut dalam surat Ibrahim ayat 40.
Mahmud Mahdi
Al-Istambuli dalam kitabnya Tuh-Fatul A‘rus mengatakan bahwa
“Sesungguhnya pendidikan merupakan bidang terpenting yang membutuhkan
kesabaran dan ketekunan. Tidak cukup hanya dengan bermodalkan watak dasar
ke-bapaan atau ke-ibuan saja yang dimiliki oleh orangtua sebagaimana keadaan
yang terdapat pada hewan (yang mengikuti watak dasar induknya. red.,). Betapa
banyak kesalahan dan keteledoran didalam cara-cara yang diguna-kan untuk
mendidik anak yang justru mendatangkan akibat yang sangat buruk. Sebab,
kebanyakkan dari para orangtua menganggap bahwa memarahi, mengardik atau
memberikan hukuman fisik merupakan bentuk final dan pendidikan anak, padahal
ini merupakan kesalahan yang besar.”
Orang-orang
mukmin selalu berharap agar keturunan mereka menjadi keturunan yang sholeh,
agar menjadi buah hati bagi mereka dan peninggalan yang paling berharga dalam
kehidupan mereka terutama setelah sepeninggalan mereka (kematian). Rasulullah
SAW bersabda: “Jika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah seluruh
amalnya kecuali tiga perkara; yaitu sedekah jariah, llmu yang bermanfaat dan
anak sholeh yang mendo‘akan orangtuanya.” (H.R. Muslim)
Betapa
malangnya orangtua yang meremehkan pendidikkan putra-putrinya. Sokrates,
seorang filosof Yunani pernah berkata: “Apa yang kalian inginkan,
wahai saudara-saudaraku setanah air. Kalian begitu semangat hingga tampak
berlebihan dalam mengumpulkan kekayaan. Sehingga hampir saja kalian berpaling,
tidak memberikan perhatian kepada anak-anak kalian. Padahal mereka merupakan
aset yang sangat berhanga bagi siapa yang menghendaki kekayaan pada suatu saat
nanti (setelah kematian).”
Karena itu
sudah saatnya para orang tua memper-hatikan dan bahkan memikirkan pendidikan
dan pengajaran yang akan ia terapkan pada diri anak-anaknya. Apalagi kondisi
dan situasi zaman yang tak menentu dan sangat mem-prihatinkan seperti apa yang
dapat kita saksikan di depan mata kita.
Allah SWT
berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, pelihanalah dirimu dan keluargamu
dari siksa api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang telah diperintah-kan kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah.”(Q.S. At-Tahrim: 6)
Shadaqallahul
‘Adzim. Allahu A‘lam Bisshawab.
Ahmad Khairin
Post a Comment for "Mendidik Anak Sejak Dini"